Kamis, 07 Februari 2008

Orang-Orang Farisi dan Ahli-Ahli Taurat

I. PENDAHULUAN

Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat merupakan salah satu sekte utama yang terdapat pada masa Tuhan Yesus, selain kaum Saduki dan Eseni. Mereka merupakan kaum yang paling besar pengaruhnya dibanding dengan sekte-sekte yang lain pada masa itu. Mereka berusaha memahami Hukum Taurat dan mencoba untuk melakukannya. Namun seringkali mereka berkonflik dengan Tuhan Yesus, salah satu konflik yang sering terjadi khususnya berkaitan dengan pemahaman Hukum Taurat. Melalui tulisan ini saya mencoba untuk menyusun informasi mengenai permasalahan ini dan menyimpulkan apa sebenarnya yang terjadi.


II. Latar Belakang.

  1. Orang Farisi.

Farisi diambil dari kata kerja “Parash” yang berarti “memisahkan”.1 Namun dalam hal apa mereka memisahkan diri kurang jelas. Seorang ahli yang bernama Kohler menjelaskan nama farisi tersebut dengan arti “orang yang memisahkan diri”, atau menjaga jarak/menjauh dari orang-orang atau hal-hal yang najis, dalam hal untuk mencapai tingkat kekudusan dan kebenaran yang diperlukan bagi orang yang ingin bersekutu dengan Allah.2

Golongan farisi merupakan golongan minoritas. Pada pemerintahan Herodes jumlah mereka kurang lebih 6000 orang. Kebanyakan orang farisi merupakan rakyat biasa, mereka berasal dari lapisan menengah bagian bawah tetapi hidup sedikit lebih makmur. Mereka sungguh-sungguh berusaha memberlakukan Hukum Taurat dengan ketat baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

Mereka ini adalah pemimpin agama, dan para Ahli Taurat maupun imam dapat ditemukan di antara mereka.3 Ada 7 macam farisi yang fanatik, yaitu:4

  1. Farisi “Pundak”, yang memamerkan perbuatan baiknya di hadapan orang lain bagai menyandangkan sebuah selempang di pundaknya.

  2. Farisi “Tunggu Sebentar”, yang meminta orang lain untuk menunggu sebentar agar mereka dapat melakukan sebuah perbuatan baik.

  3. Farisi “Buta”, yang menabrak tembok hingga memar karena menutup mata agar tidak melihat seorang wanita.

  4. Farisi “Ulekan”, yang berjalan dengan menundukkan kepala agar tidak melihat pemandangan yang menggoda.

  5. Farisi “Tukang Hitung”, yang selalu menghitung perbuatan baiknya untuk melihat apakah mereka sudah mengimbangi kesalahan-kesalahannya.

  6. Farisi “Yang Takut Pada Allah”, yang seperti Ayub, benar-benar saleh.

  7. Farisi “Yang Mencintai Allah”, seperti Abraham.

Meskipun banyak di antara kaum Farisi yang begitu sadar akan keharusan untuk menaati hukum hingga sedetail-detailnya sehingga terkesan legalistik, namun banyak pula di antaranya yang benar-benar saleh dan baik. Tidak semuanya munafik. Misalnya Nikodemus yang mengikuti Kristus dengan tulus selama pelayanan-Nya di dunia dan Yusuf dari Arimatea yang mengurus penguburan jenazah Yesus.


  1. Ahli-Ahli Taurat.

Ahli Taurat sebenarnya merupakan suatu jabatan, bukan orang yang dengan penuh kesetiaan memelihara Hukum Taurat.5 Mereka adalah orang-orang yang ahli dalam mempelajari Hukum Musa (Taurat) dan kegiatan utama mereka ialah mempelajari Taurat. Mereka memelihara hukum lisan dan dengan setia mewariskan Kitab-Kitab Suci Ibrani kepada murid-murid dan mengharapkan murid-murid menaatinya dengan sungguh-sungguh.

Salah satu tugas utama Ahli Taurat ialah menetapkan isi Taurat tertulis (tora sye-bikhtav). Mereka menetapkan bahwa isinya adalah 613 perintah, 248 positif dan 365 negatif. Selanjutnya mereka, “memasang pagar” sekelilingnya, artinya, menafsirkan dan melengkapinya sedemikian rupa, sehingga tak mungkin orang melanggarnya secara kebetulan atau karena ketidaktahuan.6



Ada 3 macam fungsi Ahli Taurat:7

  1. Memelihara Hukum Taurat. Mereka memelihara Hukum Taurat dengan menjadi pembela, terutama pada zaman Helenistik, karena keimaman telah bobrok. Mereka menyampaikan keputusan-keputusan hukum tak tertulis yang telah muncul dalam usaha mereka menerapkan hukum Musa pada kehidupan sehari-hari. Mereka menyatakan bahwa hukum lisan ini lebih penting dari hukum tertulis (Mrk 7:5). Oleh usaha-usaha mereka agama cenderung merosot menjadi formalitas tanpa perasaan.

  2. Mengumpulkan banyak murid dan mengajar mereka tentang hukum. Para murid diwajibkan untuk mempertahankan bahan-bahan yang diajarkan dan menyampaikan ajaran itu tanpa perubahan. Mereka mengajar di Bait Allah (Luk 2:46; Yoh 18:20). Ajaran mereka seharusnya diberikan tanpa bayaran (demikianlah Rabi Zadok, Hillel, dll), tapi mungkin mereka dibayar juga (Mat 10:10; I Kor 9:3-18; pernyataan Paulus mengenai haknya), dan bahkan beruntung oleh kedudukan mereka yang terhormat itu (Mrk 12:40; Luk 20:47).

  3. Mereka disebut “pengajar-pengajar hukum”, karena mereka dipercayai untuk urusan-urusan hukum sebagai hakim-hakim di Mahkamah Agama (Mat 22:35; Mrk 14:43,53; Luk 22:66; Kis 4:5). Untuk pelayanan mereka di Mahkamah Agama mereka tidak dibayar. Karena itu mereka harus memperoleh biaya hidup dari sumber atau cara lain, jika mereka tidak memiliki kekayaan pribadi yang cukup.

III. Ajaran Orang-Orang Farisi dan Ahli-Ahli Taurat.

A.Hukum lisan.

Mereka menerima Hukum Taurat tertulis dan Hukum Taurat tak tertulis. Keduanya itu dianggap sebagai setingkat dan sama berwibawa. Hukum Taurat tidak tertulis dikembalikan juga kepada Musa. Dengan jalan itu mereka menyatakan bahwa mau tetap setia kepada tradisi nenek moyang mereka yang berpangkal pada Musa di Gunung Sinai.



B.Kehidupan yang akan datang.

Mereka mempercayai immoralitas jiwa manusia (tidak dapat mati), yang akan dijelamakan kembali (artinya, menjiwai tubuh yang akan bangkit kembali), dan kuasa dari takdir (artinya, Allah).8 Hal ini tentunya berbeda dengan golongan Saduki yang tidak mempercayai akan hal ini.

C.Kemanusiaan.

Kaum Farisi memperjuangkan persamaan hak-hak manusia.9 Tidak seperti kaum Saduki yang aristokrat dimana mereka banyak membela dan berjuang untuk kepentingan mereka sendiri. Kaum Farisi senang mendapat penghormatan karena mereka dianggap peduli pada kemanusiaan, dan sebagai perwakilan dari sebuah pergerakan demokratis.

D.Malaikat.

Kaum Farisi menerima sebuah hirarki yang berkembang mengenai malaikat-malaikat dan iblis-iblis10. Keyakinan Kaum Farisi ini dianggap diambil dari Babilonia dan Persia.

E.Persepuluhan.

Mereka menekankan persepuluhan dan menolak membeli makanan dari atau makan di rumah non Farisi, karena mereka takut bahwa atas makanan tersebut tidak lebih dahulu diberlakukan persepuluhan.11 Persepuluhan merupakan beban yang harus dibayar, karena dengan membayar persepuluhan yang lengkap adalah bukti ketaatan mereka kepada Allah. Mereka sangat menekankan bahwa hal-hal yang paling kecil harus diperhitungkan dulu dengan membayar persepuluhan.

F.Mesias.

Mereka mengharapkan akan didirikannya pemerintahan atau kerajaan Allah, dan pengharapan ini sering dihubungkan dengan datangnya seorang tokoh yang mewakili Allah untuk menjalankan pemerintahan-Nya.12 Tokoh seperti itu tentulah raja, diurapi oleh Allah dan dari suku Daud dan orang Yahudi menganggap bahwa Mesias akan memulai pergolakan politik dan membebaskan negeri mereka dari penjajahan Roma.

G.Allah

Mereka sangat menjunjung tinggi Allah yang monoteisme. Menurut mereka Allah itu Esa yaitu Allah yang telah menyelamatkan dan memelihara umat Israel.

IV. Orang-Orang Farisi dan Tuhan Yesus.

Di dalam Alkitab banyak dicacat tentang konflik antara Tuhan Yesus dengan orang-orang farisi dan ahli taurat. Tuhan Yesus banyak mengkritik gaya hidup keagamaan mereka yang cenderung legalistik, munafik. Oleh karena sikap Tuhan Yesus yang demikian mereka begitu membenci dan menentang Tuhan Yesus. Berikut ini beberapa penyebab orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menentang Yesus:

  1. Karena Yesus mengajar dengan penuh kewibawaan (Mat 7:28-29) dan Yesus mengutuk formalisme lahiriah yang mereka kembangkan.13

  2. Karena waktu itu jumlah mereka sedikit sehingga memerlukan dukungan rakyat banyak. Jadi, saat mereka melihat kemampuan Yesus mengumpulkan orang banyak di sekitarnya, mereka menjadi gentar.14

  3. Karena kecaman Tuhan Yesus terhadap mereka yang hanya melakukan persepuluhan, tetapi yang terpenting dalam Hukum Taurat mereka abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan (Matius 23:23). Dan lagipula mereka melakukan semuanya itu dengan motivasi yang salah yaitu hanya untuk dilihatkan kepada orang banyak supaya mereka dipuji. Jadi motivasi mereka dalam melakukan Hukum Tauratlah yang dikecam oleh Tuhan Yesus, sehingga mereka menjadi sangat membenci Tuhan Yesus.

  4. Karena pengakuan Yesus yang mengakui bahwa Dia adalah Mesias. Sebab bagi orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat, Mesias adalah seorang tokoh yang diurapi oleh Allah yang menjadi seorang raja dan akan memulai pergolakan politik serta membebaskan negeri mereka dari penjajahan Roma. Jadi saat mereka mendengar pengakuan Yesus bahwa Ia adalah Mesias, maka mereka menjadi sangat membenci dan menentang-Nya karena mereka mengetahui bahwa Yesus adalah anak seorang tukang kayu miskin yang menurut mereka tidak mungkin merupakan seorang Mesias.


V. KESIMPULAN

Bahwa sesungguhnya orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat adalah orang-orang yang mencoba untuk melakukan Hukum Taurat dengan baik dan benar, namun pada pelaksanaannya banyak mengalami penyimpangan. Dan mereka melakukan Hukum Taurat tersebut dengan motivasi yang salah dan tanpa pengenalan akan Hukum Taurat dengan benar, sehingga mereka jatuh ke dalam legalistik dan hal yang demikian Tuhan Yesus sangat menentang.

1 Merrill C. Tenney, Survey Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 1985, hal. 132

2 James Hastings, ed., “Pharisees”, Encyclopedia of Religion and Ethics, vol IX, New York: Charles Scribner’s Sons, 1917, hal. 832

3 J.I. Packer, Merrill C. Tenney, William White Jr, “Orang Farisi”, Ensiklopedi Fakta Alkitab, Bible Almanac 2, Malang: Gandum Mas, 2001, hal. 1057

4 Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, hal. 132

5 J.I Packer, Merrill C. Tenney, William White Jr, “Orang Farisi”, Ensiklopedi Fakta Alkitab, Bible Almanac 2, Malang: Gandum Mas, 2001, hal. 1057

6 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I, hal. 300

7 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid II, hal. 454

8 Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I, hal.29

9 Merrill C. Tenney, “Pharisees”, The Zondervan Pictorial Encyclopedia of The Bible, Vol. IV, Grand rapids Michigan: The Zondervan Publishing House, 1978, hal. 749

10 Ibid., hal. 749

11 Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I, hal. 300

12 Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid II, hal. 590

13 Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid II, hal. 455

14 J.I. Packer, Merrill C. Tenney, William White Jr, Dunia Perjanjian Baru, Surabaya: Gandum Mas, hal. 104

2 komentar:

aventsaur.wordpress.com mengatakan...

Terima kasih banyak. Ulasan ini sangat inspiratif dan mencerahkan. Berguna bagi saya, selain untuk memahami sekte-sekte pada masa Yesus, tetapi juga untuk menulis artikel Mimbar Koran Harian Flores Pos, Edisi Sabtu, 14 September 2013. Saya juga manfaatkan artikel itu sebagai bahan khotbah di Paroki Pamekasan dan Stasi Sampang, Madura, Sabtu Sore dan Minggu pagi, juga Minggu Sore, di kedua tempat pelayanan tersebut.

Saya bertugas di Ende, Flores, tetapi sekarang lagi berada di Surabaya.

Sekali lagi, Terima kasih.
Pastor Avent Saur, SVD

Unknown mengatakan...

Musa itu anak Allah jika dilihat dri konsep taurat.